12.1.12

Wanita Akan Memimpin Baubau

Jabatan Walikota Baubau akan berakhir tanggal 30 Juni 2013. Pilkada Baubau sudah mulai dipersiapkan oleh KPU Baubau yang pencoblosannya akan dilaksanakan sekitar November 2012.

MZ Amirul Tamim, walikota sekarang sudah menjabat selama 2 (dua) periode, sehingga tidak dapat dicalonkan kembali sebagai walikota periode 2013-2018. Sekarang saatnya Pemimpin Baru harus tampil membawa Kota Baubau menjadi lebih baik lagi. Pemimpin baru yang dimaksud bukan sekedar orang baru, tetapi seseorang yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Selama ini Kota Baubau dipimpin walikota pria. Gaya kepemimpinan pria yang ‘asertif’ terlalu mendominasi. Sudah saatnya gaya kepemimpinan ‘interatif’ yang dimiliki wanita menjadi pembawa angin segar dalam pemerintahan dan pembangunan Kota Baubau. Pemimpin yang ‘interatif’ cenderung bertindak demokratis dan mengambil bagian dimana mereka lebih menghormati dan perhatian terhadap bawahannya dan berbagi ‘kekuasaan’ serta perasaan dengan orang lain.

Calon walikota wanita yang paling menonjol dan potensial memimpin Kota Baubau 2013-2018 adalah Wa Ode Ma’asra Manarfa. Dalam kancah politik beliau sudah memiliki pengalaman yang cukup memadai. Pernah menjadi Ketua DPRD Kota Baubau periode 2004-2009. Selain itu, sampai saat ini beliau masih menjabat sebagai Ketua Umum DPC Partai Bulan Bintang Baubau. Kepimpinannya juga masih teruji sebagai Ketua Yayasan sebuah lembaga perguruan tinggi swasta di Baubau.
Setelah sekian lama Kota Baubau dipimpin pria, sekarang saatnya kita dukung wanita menjadi walikota Baubau.

Wa Ode Ma'ara Manarfa

WA ODE MAASRA MANARFA, S.Sos, Msi
Tempat/Tgl lahir : Makassar, 7 November 1954
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin No.61, Baubau Sulawesi Tenggara
Pendidikan : S1 – Sarjana Jurusan Ilmu Administrasi Negara
: S2 – Magister Ilmu Pemerintahan

STATUS PERKAWINAN
Nama Suami : Ir. L. M. Sjamsul Qamar, MT
Pekerjaan : Direktur Utama PT Sarana Karya (Persero)

Anak I : dr. La Ode Muhammad Fatahillah
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil, RSUD Kota Baubau (Saat ini
sedang melanjutkan Studi, Program Dokter Spesialis
Saraf dan Program Magister (S2) Program Studi
Biomedik UNHAS)
Istri : dr. Eka Dewi Lestari. S
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil, RSUD Kota Baubau

Anak II : Wa Ode Nadia, S.Farm, Apt
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Sorawolio
Suami : Muh. Akhiruddin Darmawan. D.P, A.md
Pekerjaan : Staf Rektorat UNIDAYAN

Anak III : Wa Ode Friza Nurbani
Pekerjaan : Mahasiswa Strata 1 (S1) UNHAS Jurusan Planologi

PELATIHAN-PELATIHAN
• LEMHANAS Tahun 2008 di Jakarta
• Sosialisasi Undang-Undang Pemilu 2009, Tahun 2008 di Jakarta
• Bintek Manajemen Keuangan Daerah LAN Tahun 2008 di Jakarta
• Bintek Rencana Induk Strategi Daerah Tahun 2006 di Jakarta
• Bintek Kapasitas Legislatif Puspangda tahun 2006 di Jakarta
• Bintek Keuangan Daerah / Kinerja DPKPD Tahun 2005 di Jakarta
• Tugas Fungsi Kepemimpinan BPKP OTDA, Bandung 2005
• Orientasi Legislator Partai Bulan Bintang, Makassar 2004
• Pendalaman Bidang Tugas DPRD, Prop. Sultra Kendari 1995
• Pengenalan Tugas DPRD, Pemprov. Sultra, Kendari 1992
• Bimbingan Politik Prop. Sultra. Kendari 1987

PENGALAMAN KERJA
• Anggota DPRD Kabupaten Buton 1987 – 1992, dari Golongan Karya
• Anggota DPRD Kabupaten Buton 1992 – 1997, dari Golongan Karya
• Anggota DPRD Kota Baubau 1997 – 2004, dari Partai Bulan Bintang
• Ketua DPRD Kota Baubau 2004 – 2009, dari Partai Bulan Bintang

PENGALAMAN ORGANISASI
• Ketua Himpunan Wanita Karya 1992 - Sekarang
• Ketua Yayasan Pembina Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, sejak 1987 –
Sekarang
• Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Bulan Bintang Kota Baubau, 2007 – Sekarang
• Ketua Dharma Wanita PT. Sarana Karya
 
PENGHARGAAN
• Pengabdian Anggota DPRD Kabupaten Buton dari Bupati Buton Tahun 1992
• Manggala Karya Kencana dari Badan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2008

Wa Ode Ma,asra Manarfa semasa menjabat 
sebagai Ketua DPRD Kota Baubau, periode 2004-2009.
.

Tren Wanita Menjadi Pemimpin

Hadirnya wanita dalam kancah perpolitikan yang terbilang sebagai dunia yang penuh intrik, caci maki dan jauh dari “kelembutan” menjadi tren baru perpolitikan di Indonesia. Kita masih ingat Megawati Soekarnoputri yang mampu mengalahkan dominasi kaum pria dalam kepemimpinan di negeri ini. Kemudian, Hj. Ratu Atut Chosiyah, yang mampu memikul beban dan tanggung jawab kepemimpinan di Provinsi Banten, menjadi bukti lain semakin strategisnya posisi kaum wanita di Indonesia.

Ratu Atut (Gubernur Banten)
Kepemimpinan wanita sudah dapat diterima oleh masyarakat sejak terpilihnya Megawati sebagai Presiden Wanita pertama Indonesia. Kepemimpinan wanita sudah menjadi tren tersendiri yang mampu mewarnai nuansa kompetisi kepemimpinan yang sebelumnya didominasi kaum pria.

Sudah semakin banyak wanita yang memimpin suatu daerah, sebagai bupati, walikota maupun gubernur. Sebut saja, Hj. Tutty Hayati Anwar, SH (Bupati Majalengka), Dra. Sri Moeljanto (Bupati Boyolali), Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si (Bupati Kebumen), Hj. Rina Iriani S. Ratnaningsih, S.Pd (Bupati Karanganyar), Hj. Endang Setyaningdyah (Bupati Demak), Ratna Ani Lestari, SR, MM (Bupati Banyuwangi), Ir.Siti Nurhayati, MM (Bupati Ngajuk) dan Dra. Hj. Haeny Relawati Rini Widiastuti (Bupati Tuban).

Menurut Hennig & Jardim dalam buku “The Managerial Woman”, kebanyakan wanita dapat menjadi pemimpin karena mereka terdidik mengenali potensi kepemimpinan yang ada dan telah belajar untuk memimpin. Para peneliti menemui bahwa para wanita yang suka memimpin tidak menganggap diri mereka sebagai wanita dan berbeda; mereka melihat diri mereka sebagai manusia. Pola pikir mereka, begitu juga kemampuan mereka, memampukan mereka menjadi pemimpin. Mereka berorientasi untuk bersaing dan menyelesaikan tugas.

Pemimpin Wanita tidak hanya belajar untuk melatih kekuatan pribadi mereka, mereka juga sudah sanggup mengesampingkan emosi mereka di situasi yang membutuhkan penilaian yang jelas. Mereka bukannya tidak emosional, tapi mereka telah belajar memahami diri dan mengendalikan perasaan mereka.

Gaya Kepemimpinan Wanita

C.E "Tetty" Paruntu (Bupati Minsel)
Gaya kepemimpinan wanita cenderung lebih positif. Schermerhorn (AS, 1999) menemukan bahwa Pemimpin Wanita selalu lebih cenderung untuk bertingkah laku secara demokratik dan mengambil bagian dimana mereka lebih menghormati dan prihatin terhadap pekerjanya / bawahannya dan berbagi ‘kekuasaan’ serta perasaan dengan orang lain. Gaya kepemimpinan ini dikenal sebagai kepemimpinan interatif yang menekankan aspek keseluruhan dan hubungan baik melalui komunikasi dan persepsi yang sama.

Perbandingannya dengan pemimpin pria, lebih cenderung ke arah kepemimpinan “tendency“. Dengan cara ini mereka lebih terarah untuk tetap terjaga dan berkelakuan secara “asertif“. Jika keadaan ini terjadi, maka mereka lebih banyak mengunakan otoritas dari segi tradisional dengan kecenderungan memberi arahan dan nasehat yang lebih banyak.

Kajian yang dijalankan oleh Sharpe (2000) mendapati bahwa wanita selalu lebih mementingkan hubungan interpersonal, komunikasi, motivasi pekerja, berorientasi tugas, dan bersikap lebih demokratis dibandingkan dengan lelaki yang lebih mementingkan aspek perancangan strategik dan analisa. Penelitian tersebut juga mendapati bahwa wanita mendapat nilai lebih tinggi dari segi penilaian kerja dibandingkan lelaki.

Survei LSI : 70% Pemuda Muslim Tak Masalah Pemimpin Wanita

Selama ini, calon presiden perempuan banyak mendapat tentangan dari sejumlah kelompok muslim di Indonesia. Namun, mayoritas pemuda muslim Indonesia tidak mempermasalahkan kehadiran perempuan memimpin negeri ini.

Demikian hasil survei Lembaga Survei Indonesia mengenai minat politik kaum muda muslim Indonesia tahun 2010. Survei yang diselenggarakan bersama Goethe Institute dan The Friedrich Naumann Foundation for Freedom hasilnya diumumkan peneliti LSI Burhanuddin Muhtadi di Goethe Institute Jakarta, Selasa (14/6/2011).

“Sebanyak 70 persen responden tidak mempermasalahkan jika perempuan berperan sebagai pemimpin. Ini merupakan sebuah kemajuan. Selama ini kaum perempuan terkadang tidak mendapat tempat sebagai pemimpin,” papar Burhanuddin.

Survei LSI ini melibatkan 1.496 kaum muda
seluruh provinsi dengan kisaran umur antara 15 hingga 25 tahun.

.

Profil Wa Ode Ma'asra Manarfa

underconstructions

Pengalaman Politik

underconstruction